Hatimu, Hatiku, Hati Kita Semua

islam
Hati adalah sumber moral dan mental terpuji.

Kalau akal menunjukkan manusia pada kebenaran, maka hati memberi cara bijak mencapai kebenaran itu. Selain itu, hati berfungsi sebagai penerang akal, ketika akal berada dalam kebimbangan dan keraguan. Hati membentuk kepribadian agar manusia tahu persis apa yang harus dilakukan terhadap apa yang dihasilkan oleh akalnya. Kehidupan modern terlalu memacu akal dan mengabaikan pembinaan hati, lebih mengutamakan pengajaran daripada pendidikan.

Seorang ayah seringkali lebih memperhatikan angka-angka rapor yang dicapai, daripada memperhatikan perkembangan kepribadian anaknya. Dan karena itu Allah di samping menganjurkan kita untuk mengajarkan buku-buku, hukum-hukum alam dan kebijakan-kebijakan, juga menganjurkan untuk melakukan penyucian hati.

Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (TQ.S. 2: 151).

Menurut Abdullah bin Mas'ud, seorang sahabat Nabi SAW, ada empat hal yang menyebabkan hati manusia menjadi gelap :

  1. Perut terlalu kenyang, melampaui batas yang diperlukan.
  2. Bergaul dengan orang-orang yang zalim.
  3. Melupakan dosa-dosa masa silam tanpa ada perasaan menyesal.
  4. Panjang angan-angan.

Sebaliknya, ia juga berpendapat ada empat hal yang membuat manusia memiliki hati yang terang :
  1. Hati-hati dalam mengisi perut.
  2. Bergaul dengan orang-orang yang baik.
  3. Mengenang dosa-dosa dengan penuh penyesalan.
  4. Pendek angan-angan.



Dari nasihat tadi dapat disimpulkan, ada empat hal yang harus kita perhatikan dalam pendidikan hati anak kita.

Pertama : Perhatikan makanan yang kita berikan kepada anak-anak kita.

Yang diperhatikan tidak terbatas pada komposisi gizinya, tetapi juga halal haramnya dan jumlah porsi yang harus diberikan. Kebanyakan kita memberi makan sebebas-bebasnya dan sebanyak-banyak, karena mengira makan yang banyak menyehatkan. Ingat pengertian sehat bagi Islam tidak terbatas pada sehat jasmani saja, tetapi meliputi sehat akal dan sehat hati.

Kedua : Pergaulan.

Menurut Abu Thayyib setiap kelompok manusia yang kita pergauli memiliki implikasi tersendiri dalam pembentukan kepribadian. Pergaulan dengan anak kaya membentuk pribadi cinta dunia, dengan anak miskin membentuk pribadi bersyukur yang selalu senang dengan ketentuan Allah, dengan anak penguasa membentuk pribadi sombong yang berhati keras, dengan wanita membentuk pribadi bodoh yang bersyahwat tinggi, dan dengan anak-anak kecil membentuk pribadi senang bermain-main.


Ketiga : Mengajarkan kepada anak agar terbiasa melakukan introspeksi, mengkaji diri terhadap semua perbuatan yang telah dilakukan, baik perbuatan baik atau jahat. Dengan demikian berarti kita telah membiasakan anak-anak kita belajar berbuat bijak. Dan keempat, mendidik anak bersikap realistik tapi tidak kehilangan idealisme dalam menghadapi kenyataan-kenyataan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar